Minggu, 01 November 2009

Bahaya Kapitalisme

Bahaya Kapitalisme di Mata Mark Achbar

Salah satu film dokumenter terbaik yang diputar di ajang Jakarta International Film Festival atau JiFFest 2005 yang baru saja berlalu adalah The Corporation. Film sepanjang 145 menit tersebut sempat menghebohkan karena berisi gugatan terhadap institusi penopang utama ideologi kapitalisme: korporasi.

Dalam film buatan pasangan sutradara, Mark Achbar dan Jennifer Abbott itu, dikisahkan tentang institusi bernama korporasi dan sifat-sifatnya serta sejarahnya sehingga dewasa ini menjadi sebuah institusi adidaya
di muka bumi.

"Di mata hukum, sebuah perusahaan sebenarnya memiliki kedudukan yang sama dengan seorang manusia. Dia memiliki hak-hak, bisa memiliki properti, dan memiliki kekuasaan dan otoritas. Nah, kalau korporasi adalah sesosok manusia, kita ingin tahu manusia seperti apakah itu?" tutur Mark Achbar, sutradara asal Kanada yang datang ke Jakarta dalam rangka JiFFest 2005 hari Rabu (14/12) lalu.

Film itu kemudian secara rinci mengupas satu demi satu sifat-sifat dasar korporasi (corporation) kemudian menganalisisnya dari sudut pandang psikologi manusia. Setelah dianalisis menggunakan buku petunjuk diagnosa gangguan mental (Diagnostic and Statistical of Mental Disorders/DSM-IV) yang diterbitkan American Psychiatric
Association, pada akhirnya disimpulkan bahwa sifat-sifat dasar korporasi menunjukkan sifat-sifat dasar orang yang menderita gangguan psikopat.

Prinsip-prinsip kerja sebuah korporasi yang mengarah ke sebuah "kepribadian" yang antisosial dan psikopat itu antara lain egois, pengecut, amoral, tidak pernah merasa bersalah terhadap pihak lain, berbahaya bagi manusia yang menjadi pekerjanya, dan menghalalkan segala cara—termasuk menabrak norma-norma sosial dan aturan
hukum—untuk mencapai tujuannya.

"Meski korporasi kadang-kadang suka menampakkan niat dan itikad baik kepada orang lain dalam bentuk yang mereka namakan corporate social responsibility, jangan pernah percaya! Karena korporasi hanya memiliki
satu niat dan tujuan: keuntungan materi," ujar Achbar.

Seluruh uraian di atas digambarkan dalam rangkaian gambar yang diambil dari cuplikan berita koran dan televisi, dokumentasi film-film lama, dan rekaman kru film sendiri, termasuk wawancara dengan sederetan
narasumber pilihan.

Mulai dari pemenang Nobel ekonomi tahun 1976, Milton Friedman, profesor linguistik dan pakar politik dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Noam Chomsky, dan sutradara film Michael Moore. Beberapa CEO (chief executive officer) dan mantan CEO korporasi-korporasi multinasional juga turut diwawancarai, seperti mantan CEO korporasi ban Goodyear, Sam Gibara; mantan CEO korporasi minyak Royal Dutch Shell, Sir Mark Moody- Stuart; dan CEO korporasi pembuat karpet terbesar di dunia Interface, Ray Anderson.

Sejak dirilis tahun 2003, The Corporation telah memenangi 24 penghargaan internasional, 10 di antaranya adalah penghargaan pilihan pemirsa dalam festival-festival film internasional, termasuk Sundance
Film Festival 2004.


Tanggung jawab

Marc Achbar lahir di Ottawa, Ontario, Kanada, pada 22 November 1955. Ayahnya adalah seorang pengusaha perabotan rumah tangga yang cukup sukses di Ottawa. Secara pribadi, Achbar mengakui menjalani kehidupan yang serba berkecukupan sejak kecil karena kesuksesan ayahnya.

"Saya hidup dengan privilese karena kondisi keuangan keluarga saya mencukupi untuk itu. Dan, saya selalu merasa berkewajiban untuk mencoba menggunakan privilese itu secara bertanggung jawab, untuk berbuat sesuatu kepada orang-orang yang kekurangan," kata Achbar.

Perkenalannya dengan dunia pembuatan film terjadi saat ia duduk di tahun pertama sebuah pendidikan jurnalisme di Carleton University, Ottawa, pada tahun 1970-an. Dia kemudian meneruskan kuliah di Syracuse University dan meraih gelar Bachelor of Fine Arts beberapa tahun kemudian.

Awal kariernya di dunia film dijalani dengan membuat film-film promosi untuk Canadian International Development Agency, dan berperan dalam beberapa film tentang gerakan perdamaian dan Dunia Ketiga.

Karya besar pertamanya film dokumenter Manufacturing Consent: Noam Chomsky and The Media (1992). Film ini menceritakan pemikiran-pemikiran Noam Chomsky yang berpendapat bahwa pemerintah dan perusahaan-perusahaan media besar telah bekerja sama untuk membuat sebuah mesin propaganda yang efektif guna memanipulasi masyarakat.

Contoh kasus yang ia angkat dalam film itu adalah membandingkan antara peliputan media tentang kekejaman rezim Khmer Merah di Kamboja dan pengambilalihan Timor Timur oleh Indonesia.

Achbar juga pernah menjadi salah satu produser film dokumenter tentang Timor Timur berjudul Bitter Paradise: The Sell-out of East Timor (1996) yang disutradarai Elaine Brière.

Proses pembuatan The Corporation sendiri berawal saat ia bertemu penulis Joel Bakan dalam sebuah resepsi pemakaman tahun 1997. Bakan sedang berencana menulis buku tentang peranan hukum dalam hubungan-hubungan fundamental manusia, yang di dalamnya turut dibahas tentang korporasi. Sementara Achbar ingin membuat film tentang globalisasi. Akhirnya dua gagasan itu digabung menjadi satu.

Menurut Achbar, keseluruhan proses pembuatan The Corporation membutuhkan waktu lebih dari enam tahun. "Tiga setengah tahun dihabiskan untuk mencari dana pembuatan film ini dan tiga tahun lagi untuk shooting," tutur Achbar yang baru saja menikah dengan Siobhan Flanagan, Oktober lalu.

Saat ini, Achbar mengaku sedang menikmati masa liburannya dan belum berpikir untuk membuat film dokumenter sebesar The Corporation. Selain itu, ia juga sibuk berkeliling dunia untuk mempromosikan filmnya dan pandangan-pandangan dalam filmnya. "Saya hanya ingin semua orang mulai membuka matanya dan melihat sendiri watak sesungguhnya dari perusahaan, sebuah lembaga perwujudan kapitalisme," ujarnya.

DAHONO FITRIANTO
Kompas 20/12/2005
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0512/20/Sosok/2298854.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar