Minggu, 01 November 2009

Proposal AS pada bidang Pertanian

PERUNDINGAN MASIH BERJALAN: PROPOSAL AS DI SEKTOR PERTANIAN DIGUNAKAN SEBAGAI MOMENTUM

Perundingan Doha, yang beberapa bulan lalu dapat dilihat hampir mengalami kegagalan dalam banyak hal, kini kembali berjalan. Ini merupakan hal yang umum dilakukan oleh para pemimpin komite perundingan - sektor pertanian, akses pasar produk-produk non-pertanian (NAMA – Non-Agricultural Market Access), dan sektor jasa – untuk melakukan lobi-lobi dengan berbagai gerakan-gerakan sosial dan lembaga-lembaga masyarakat (LSM) di Jenewa.

Sektor pertanian sebagai lokomotif
Perundingan sektor pertanian tetap menjadi bagian terpenting dalam perundingan putaran Doha. Duta Besar Mateo dari Meksiko, ketua perundingan sektor jasa bahkan menyebut putaran ini sebagai putaran pertanian, dan meminta perundingan sektor pertanian menjadi ‘lokomotif dari putaran’ ini. Proposal yang diajukan oleh Amerika Serikat (AS) untuk memangkas 60 peren subsidinya, berkomitmen menghapus subsidinya pada tahun 2010, dan menantang Uni Eropa (UE) dan Jepang untuk memberikan penurunan sebesar 70 persen dari dukungan domestik mereka telah menjadi dorongan besar bagi berjalannya kembali proses perundingan.

Akan tetapi, para pakar perdagangan dengan cepat menunjuk bahwa proposal AS dan UE sebenarnya hanyalah janji-janji kosong mereka. Proposal AS untuk memotong subsidinya tak akan banyak berdampak pada tingkat keseluruhan subsidi negara itu. Sebaliknya, proposal ini bahkan akan membantu AS untuk meningkatkan keseluruhan tingkat dukungannya melalui perluasan ‘Kotak Biru’, peningkatan penggunaan de minimis, dan penggunaan tak terbatas dari ‘Kotak Hijau’.

Perkembangan yang paling membahayakan, seperti disebutkan oleh Aileen Kwa dari Focus on the Global South, adalah bahwa “AS dan UE berusaha untuk menggunakan keadaan ini untuk mendapatkan pembukaan akses pasar yang lebih luas dari negara-negara berkembang.”

Tentunya masih merupakan pertanyaan apabila negara-negara anggota dapat menyepakati modalitas untuk perundingan sektor pertanian sebelum Hong Kong. Proposal AS mendapat dukungan penuh dari Brasil, ketua G20. Duta Besar Brasil, Clodoaldo Hugueney, memberikan tepuk tangan terhadap proposal AS, dan mengatakan bahwa meskipun apa yang ditawarkan AS masih belum cukup, hal ini merupakan satu langkah maju.

Penilaian Crawford Falconer, ketua komite perundingan sektor pertanian, adalah bahwa ‘negara-negara anggota harus menghasilkan tingkat konvergensi yang mencukupi’ sesegera mungkin agar modalitas dapat dicapai pada Hong Kong mendatang. Menurut Falconer, proposal AS merupakan proposal terpenting dari semua proposal yang telah diajukan selama ini, dan hal ini menunjukkan adanya kemajuan yang cukup besar. Baik pendukung maupun pembangkang terhadap proposal ini kini sedang mencari dukungan yang lebih besar.

Meskipun demikian, Falconer merasa bahwa waktu semakin sedikit untuk perundingan dan pendekatan inovatif dan proses, termasuk lebih banyak proses tak resmi, masih perlu dilakukan agar tujuan sebenarnya dapat tercapai. Dia juga menggambarkan cara-cara yang telah diambilnya untuk mengatur proses melalui apa yang ia sebut sebagai pertemuan ‘klinik dokter’. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, negara-negara anggota secara bersamaan meninjau apa yang sedang terjadi dalam proses perundingan sebagai bagian dari usaha untuk mempercepat tercapainya tujuan akhir.

NAMA
Apabila Falconer berusaha keras untuk menggambarkan dirinya hanya sebagai seorang fasilitator dari proses yang disetir oleh negara-negara anggota, Stefan Johanneson, ketua perundingan NAMA, lebih jelas menunjukkan motivasi utamanya sebagai ketua adalah untuk menjamin bahwa tujuan perundingan NAMA adalah menghasilkan ‘modalitas penuh’ pada waktu Hong Kong nanti. Dalam hal ini, negara-negara anggota sudah harus mulai membicarakan angka-angka akhir untuk dimasukkan ke dalam formula-formula yang sudah disepakati.

Johanneson sangat optimis bahwa sudah ada gerakan menuju tercapainya konvergensi terhadap digunakannya formula jenis Swiss. Prioritas pada bulan Oktober ini adalah untuk mendefinisikan fleksibilitas formula dan mencapai konsensus dalam isu tarif-tarif yang tidak terikat berdasarkan sejumlah proposal yang sudah disampaikan, termasuk pendekatan mark-up Kanada, proposal ABI, dan proposal dari Pakistan.

Ketika ditanya oleh serikat pekerja dari Brasil dan beberapa negara lainnya tentang konsekuensi percepatan kesepakatan NAMA, Duta Besar Hugueney menanggapi bahwa meskipun sektor industri penting, isu penting dalam perundingan adalah liberalisasi perdagangan, dan, oleh sebab itu, negara-negara anggota harus siap untuk menurunkan tarif.

GATS
“Apabila perundingan sektor jasa sudah mulai bergerak, perundingan-perundingan NAMA dan GATS harus memiliki roda agar dapat bergerak juga’. Inilah bagaimana Duta Besar Meksiko Mateo, ketua perundingan sektor jasa, menjelaskan hubungan antara GATS dan perundingan sektor pertanian. Mateo menggambarkan bahwa 23 negara-negara berkembang masih harus membuat penawaran awal mereka. Akan tetapi, Mateo merasa bahwa isu yang paling penting dalam sektor jasa adalah kualitas dari penawaran yang diberikan. Ketika membahas isu ini, proposal baru juga muncul, yang disebut sebagai ‘pendekatan komplementer’. Beberapa negara-negara berkembang, seperti Brasil, dan kelompok kawasan, seperti Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN – Association of Southeast Asian Nations) sudah menunjukkan penolakan mereka terhadap proposal ‘tolak ukur’ ini. Mereka mengajukan argumentasi bahwa proposal-proposal ini memotong fleksibilitas yang ada dalam proses perundingan permintaan-dan-penawaran GATS. Negara-negara tersebut hanya akan mendukung satu proposal yang sesuai dengan GATS itu sendiri.

G90: Mencari ‘Pembangunan’
Satu hal yang menjadi isu penting bagi negara-negara G90 adalah terjaminnya fokus ‘pembangunan’ dari apa yang disebut Agenda Pembangunan Doha dapat tetap menjadi inti dari perundingan-perundingan WTO. Seperti apa yang disebutkan oleh salah seorang Duta Besar negara G90, putaran ini lebih terlihat seperti putaran akses pasar daripada putaran pembangunan. Akan tetapi, G90 masih ingin melihat:
(1) adanya akses pasar nyata di seluruh area;
(2) perlindungan terhadap fleksibilitas negara-negara berkembang; dan
(3) pengembangan kapasitas perdagangan.

Menunggu naskah
Perkembangan penting lainya adalah keputusan Direktur Jendral (Dirjen) WTO, Pascal Lamy, untuk mengeluarkan rancangan naskah untuk KTM Hong Kong nanti. Dia bahkan menyatakan bahwa naskah ini akan menjadi tanggung-jawabnya sendiri nanti. Tentunya hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Biasanya rancangan naskah KTM dipersiapkan oleh Ketua Dewan Umum WTO, bersama dengan semua pemimpin perundingan sektoral.

Reaksi dari Ketua Komite cukup bervariasi dan bertolak belakangan. Para pemimpin sektor pertanian dan jasa menyatakan mereka tak tahu siapa yang merancang naskah dan darimana isi naskah ini muncul. Sebaliknya, G90, menyatakan bahwa hal itu bukanlah hal yang baru karena mereka selalu tak dilibatkan dalam proses pembuatan naskah untuk KTM. (AC)

Sumber:
Geneva Update No. 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar