Minggu, 01 November 2009

BFTA

PERIODE AWAL PELAKSANAAN BFTA ASEAN-CHINA DORONG PERDAGANGAN

Bersama dengan semakin eratnya kerjasama China dan Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN – Association of Southeast Asian Nations), konstruksi kesepakatan perdagangan bebas bilateral (BFTA – Bilateral Free Trade Agreement) antara kedua pihak mulai memasuki masa kerjasama penuh. Hal tersebut dikatakan oleh Chong Quan, seorang juru bicara Kementerian Perdagangan China, di Nanning, pada tanggal 18 Oktober 2005 lalu.

Statistik yang disediakan oleh Kementrian Perdagangan China menunjukkan bahwa pada periode 2002-2004 volume perdagangan antara ASEAN dan China mengalami peningkatan tahunan sebesar 38,9 persen.

Pada tahun 2004 lalu, volume perdagangan bilateral ASEAN-China mencapai 105,9 milyar dollar. ASEAN dan China telah menerima sebesar 59,76 milyar dollar volume perdagangan bilateral pada semester pertama tahun 2005, peningkatan sebesar 25 persen dari waktu yang sama setahun lalu.

ASEAN juga telah menjadi mitra dagang keempat terbesar bagi China. Singapura, malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina juga telah masuk di antara 20 mitra dagang utama China.

Pameran internasional yang diadakan di Nanning untuk mempromosikan konstruksi kawasan perdagangan bebas memiliki pengaruh yang sangat besar secara politik maupun ekonomis.

Pada pertemuan para pemimpin ASEAN dan China ketujuh tahun 2003 lalu, Perdana Menteri China, Wen Jiabao, mengusulkan diluncurkannya ASEAN-China Expo pada tahun 2004, dan akan dijadikan acara tahunan.

Perdagangan buah-buahan ASEAN-China meningkat awal pertengahan 2005
Perdagangan buah-buahan antara ASEAN dan China semakin meningkat belakangan ini. Hal tersebut terungkap dalam pertemuan meja bundar yang dihadiri para pelaku usaha buah-buahan dari ASEAN dan China, Jepang, dan Korea Selatan, yang diadakan baru-baru ini di Luochuan, China.

Statistik yang tersedia dari Departemen Pertanian China menunjukkan bahwa ekspor negara tersebut mencapai 517.000 ton buah-buahan ke ASEAN pada pertengahan awal 2005, meningkat 24,7 persen dari tahun sebelumnya, dan terhitung sebesar 28,9 persen total ekspor buah-buahan China ke seluruh dunia. Nilai buah-buahan yang diekspor ke ASEAN mencapai 180 milyar dollar, atau 18,6 persen dari total nilai ekspor buah-buahan China ke seluruh dunia.

Sementara itu, impor buah-buahan China dari ASEAN berjumlah 424.000 ton selama periode Januari hingga Juni 2005, meningkat 8,8 persen dari tahun sebelumnya, dan terhitung sebesar 71,1 persen dari total impor buah-buahan China dari seluruh dunia. Nilai buah-buahan yang diimpor dari ASEAN bernilai 170 milyar dollar pada periode Januari hingga Juni tahun ini, terhitung 49,4 persen dari total nilai impor buah-buahan China, atau meningkat sekitar 28,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

China dan ASEAN telah menandatangani seperangkan kesepakatan untuk mempromosikan perdagangan dalam sektor buah-buahan, sayur-mayur, dan berbagai produk pangan sejak China bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) hampir empat tahun lalu. Perdagangan di bawah ‘Kesepakatan Barang-Barang dari Kerangka Kesepakatan Kerjasama Ekonomi Menyeluruh’ antara ASEAN dan China mulai berlaku pada tanggal 20 Juli 2005. Di bawah kesepakatan tersebut, China dan enam negara utama ASEAN, termasuk Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand saling memberikan potongan tarif terhadap lebih dari 7.00 jenis komoditas.

Para pakar perdagangan mengatakan bahwa dengan jumlah penduduk sebesar 1,8 milyar, China dan ASEAN merupakan pasar yang besar. Zona perdagangan bebas ASEAN-China, masih dalam konstruksi, akan menjadi zona perdagangan bebas terbesar di dunia. Zona perdagangan bebas ini akan menghasilkan produk domestik bruto (PDB) sebesar 2 trilyun dollar dan 1,2 trilyun dollar dalam volume perrdagangan. (AC)

Sumber:
People’s Daily, 19 Oktober 2005; Asia Times Online, 21 Oktober 2005, pada:
http://www.atimes.com/atimes/China_Business/GJ21Cb06.html


STUDI KELAYAKAN BFTA ASEAN-UE KELUAR APRIL 2006

Para pembuat kebijakan dari Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN – Association of Southeast Asian Nations) dan Uni-Eropa (UE) berharap untuk menerima hasil studi kelayakan diadakannya keseapakatan perdagangan bebas bilateral (BFTA – Bilateral Free Trade Agreement) di antara kedua blok pada bulan April 2006 mendatang.

Hasil studi tersebut akan siap ketika pertemuan para menteri ekonomi ASEAN-UE akan berlangsung tahun depan. Hal tersebut diungkapkan oleh Sandra Callagan, wakil ketua unit UE yang menangani masalah Asia Tenggara.

UE dan ASEAN sepakat untuk membentuk ‘kelompok visi’ tak lama setelah Wakil Komisi Perdagangan UE yang dikepalai oleh Peter Mandelson dan ke-10 menteri ekonomi dan perdagangan ASEAN bertemu di Vietnam bulan April 2005 lalu.

Callagan mengatakan bahwa studi kelayakan ini akan menggunakan model-model ekonomi dan keuntungan pajak dari kedua kawasan. Ue memiliki analisa kualitatif dan penilaian sektoral mengenai potensi dampak BFTA ASEAN-UE terhadap kedua kawasan.

Para pejabat UE juga telah menyerukan kepada para pelaku usahanya agar mulai memikirkan ketertarikan mereka terhadap ke-10 negara-negara ASEAN. Menurut Callagan, kawasan ASEAN merupakan satu kawasan yang penting bagi UE dikarenakan nilai dan regionalismenya yang tinggi.

Dia mencatat bahwa meskipun negara-negara ASEAN tak begitu banyak memiliki persamaan, dibandingkan dengan UE, secara kolektif ASEAN dapat berhasil dengan apa yang mereka ingin raih. Oleh sebab itu, saling membagi pengalaman adalah hal yang perlu dilakukan kedua kawasan.

ASEAN mengangkat isu pembentukan BFTA dengan UE, bentuk satu pasar terbesar di dunia, ketika Pascal Lamy masih menjadi ketua Komisi Dagang UE. Lamy sekarang menduduki jabatan sebagai Direktur Jendral Organisasi Perdagangan Dunia (WTO – World Trade Organisation).

Sebagai seorang teknokrat, Lamy menolak undangan ASEAN untuk membentuk BFTA karena dia melihat berbagai hambatan yang harus dihadapi semua pihak ketika berhadapan dengan sistem dasar satu-peraturan. Dalam hal ini, ASEAN masih berada di belakang UE, yang memang sudah memiliki sistem satu mata uang.

Akan tetapi, pengganti Lamy, Mandelson, mantan politisi dari Partai Buruh Britania Raya, telah mengubah strategi UE. Menurut seorang pejabat UE di Brussels, Mandelson hanya mencari visi dan membiarkan para stafnya bekerja dengan detil yang diperlukan. Lamy memiliki gaya bekerja yang berbeda. Dia mengetahui setiap detil dari masalah yang ada, dan seseorang dapat duduk dengannya untuk membicarakan semua hal.

Perundingan UE-ASEAN diharapkan akan mulai berjalan ketika pembicaraan WTO telah diakhiri. UE memproyeksikan perundingan WTO putaran Doha akan berakhir akhir 2006 atau awal 2007.

Kelompok visi terdiri dari para anggota dari UE dan masing-masing negara-negara ASEAN, termasuk Burma. Menurut Callagan, keprihatinan UE kini adalah mengenai keamanan pangan dan standar lingkungan. Dia mengatakan para pengekspor Thailand memiliki catatan yang baik untuk memenuhi standar UE. (AC)

Sumber:
Bangkok Post, 14 Oktober 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar