Minggu, 01 November 2009

G20 dan Proposal untuk Perundingan Pada Sektor Pertanian

G20 AJUKAN PROPOSAL BARU MENGENAI AKSES PASAR DAN DUKUNGAN DOMESTIK DALAM PERUNDINGAN SEKTOR PERTANIAN

Kelompok 20 (G20) negara-negara berkembang telah mengajukan proposal baru mengenai akses pasar dan dukungan domestik sebagai bagian dari perundingan sektor pertanian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO – World Trade Organisation).

Proposal tersebut diajukan pada tanggal 13 Oktober 2005 lalu, dan diberikan kepada Komite Perundingan Perdagangan (TNC – Trade Negotiations Committee). Proposal ini sebenarnya juga telah disebut-sebut oleh Menteri Luar Negeri Brasil, Celso Amorim, dan Menteri Perdagangan dan Industri India, Kamal Nath, sehari sebelumnya pada saat jumpa pers.

Dalam makalah mereka mengenai akses pasar, G20 mengusulkan agar negara-negara maju melakukan pemotongan tarif sedikitnya 54 persen, sedangkan negara-negara berkembang akan melakukan pemotongan tarif sebesar 36 persen.

Untuk mencapai hal tersebut, G20 mengusulkan adanya satu formula dengan dua kumpulan yang berbeda, sekaligus dua jenis tingkat penurunan tarif, satu bagi negara maju dan satu bagi negara berkembang.

Negara-negara maju akan memiliki empat jenis kumpulan, dengan tingkatan tarif 0-20 persen, 20-50 persen, 50-75 persen, dan di atas 75 persen. Tarif dalam satu kumpulan tertentu akan mengalami penurunan secara linear masing-masing sebanyak 45 persen, 55 persen, 65 persen, dan 75 persen. Negara-negara maju juga akan memiliki batasan tarif sebesar 100 persen.

Negara-negara berkembang juga kana memiliki empat jenis kumpulan tarif, dengan tingkatan tarif 0-30 persen, 30-80 persen, 80-130 persen, dan di atas 130 persen. Tarif dalam setiap kumpulan tarif tersebut akan dikenakan pemotongan tarif masing-masing sebesar 25 persen, 30 persen, 35 persen, dan 40 persen. Negara-negara berkembang akan memiliki batasan tingat tarif sebesar 150 persen.

Dalam elemen akses pasar lainnya, G20 menekankan bahwa produk-produk khusus (SP – Special Products) dan Mekanisme Pengamanan Khusus (SSM – Special Safeguard Mechanism) masih merupakan elemen yang penting bagi perlakuan khusus dan berbeda bagi negara-negara berkembang. G20 akan bekerja bersama G33 dan kelompok-kelompok lainnya untuk tetap memperjuangkan instrumen-instrumen tersebut.
Sementara itu, dalam makalahnya mengenai dukungan domestik, G20 mengusulkan angka-angka untuk menurunkan dukungan yang secara keseluruhan mendistorsi perdagangan, de minimis, dan dukungan ‘Kotak Kuning’. Mengenai dukungan domestik yang mendistorsi perdagangan, G20 mengatakan bahwa Kerangka Juli telah menentukan keseluruhan pemotongan dukungan domestik harus meliputi elemen utama dari pilar dimana elemen-elemen lainnya dari dukungan domestik (seperti AMS, Kotak Biru, dan de minimis) harus disesuaikan.

G20 mengusulkan agar negara-negara maju harus memiliki tiga kumpulan dukungan yang mendisotri keseluruhan perdagangan. Negara-negara yang menyediakan dukungan sejumlah lebih dari 60 milyar dollar harus mengalami pemotongan hingga 80 persen. Sementara itu, negara-negara dengan dukungan senilai 10-60 milyar dollar akan mengalami pemotongan sebesar 75 persen, dan 0-10 milyar dollar akan mengalami pemotongan sebesar 70 persen.

Negara-negara berkembang harus berada dalam kumpulan yang berbeda dalam keseluruhan pemotongan subsidi. Hal ini merupakan bagian dari perlakuan khusus dan berbeda (SDT – Special and Differential Treatment).

Lebih dari itu, negara-negara berkembang yang tak menerima AMS bisa dikeluarkan dari keharusan untuk melakukan penurunan keseluruhan terhadap dukungan domestik yang mendistorsi perdagangan mereka.

Mengenai dukungan de minimis, G20 mengatakan bahwa penurunan akan dilakukan terhadap produk dan non-produk de minimis. Tingkat dari penurunan tersebut akan ditentukan sesuai dengan tingkat pemotongan untuk keseluruhan dukungan dukungan yang mendistorsi perdagangan.

Pada kesempatan lainnya, G20 juga telah menyatakan tekadnya untuk menggandakan usahanya untuk mendorong perdagangan yang lebih bebas di seluruh dunia.

Dalam satu pernyataan bersama setelah diadakannya pertemuan Xianghe, China, baru-baru ini, G20 melihat adanya kebutuhan yang mendesak untuk memuat pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan di seluruh dunia.

Pernyataan G20 mendorong WTO untuk menyelesaikan Putaran Doha pada akhir tahun 2006 mendatang, dan meminta adanya perbaikan terhadap tata kelola dan pengaturan Dana Moneter Internasional (IMF – International Monetary Fund) dan Bank Dunia.

G20 juga memperingatkan bahwa meningkatnya harga minya dunia dan proteksionisme dapat memperlemah pertumbuhan. Kelompok ini juga mengangkat hal penting lainnya, yakni adanya penelitian untuk menemukan bentuk sumber energi alternatif, serta berbagai usaha untuk menggunakan secara efisien minyak dunia.

G20 terdiri dari gabungan negara-negara maju dan berkembang, termasuk Britania Raya, Amerika Serikat (AS), Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, dan Turkey. (AC)

Sumber:
Martin Khor, TWN, 13 Oktober 2005; De Havilland, 17 Oktober 2005, pada:
http://www.dehavilland.co.uk/webhost.asp?wci=default&wcp=NationalNewsStoryPage&ItemID=15067245&ServiceID=8&filterid=10&searchid=8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar